Menurut cerita tutur dari tetua masyarakat, sejarah Desa Danasari telah berlangsung setidaknya sejak zaman Pra-kemerdekaan (1945). Sebelum masa kemerdekaan, wilayah Desa Danasari adalah bekas Kecamatan / Asisten yaitu Kecamatan Diwung yang sekarang menjadi Pedukuhan atau Dusun dari Desa Danasari. Kecamatan Diwung membawahi Desa Diwung, Kebagusan, Kalijambu, Cikura, Gunungjati, Batunyana, Pucangluwuk, Kajenengan, dan Sitail yang sekarang masuk Kecamatan Jatinegara. Kira-kira pada tahun 1900-an Kecamatan Diwung dipindah ke Desa Bojong yang menjadi Kecamatan Bojong sampai sekarang. Selanjutnya Desa Diwung dan Kebagusan bergabung menjadi satu Desa, yaitu Desa Danasari sampai sekarang. Desa Danasari pada masa itu termasuk sudah ramai dengan fasilitas-fasilitas yang ada seperti Sekolah Rakyat yang didirikan pada zaman Penjajahan Belanda dan sampai sekarang menjadi SD 02 yang sudah mengalami rehab total, Pasar Diwung, Kantor Urusan Agama, Kantor Kecamatan, Kantor Simpan Pinjam, Kantor Kemantren atau Perhutani. Karena Desa Danasari memiliki Tanah subur, banyak tumbuh pepohonan dan semak yang lebat, tak heran Desa Danasari menjadi tempat persembunyian dan markas para pejuang republik, sehingga warga Danasari banyak membantu perjuangan pada waktu itu.
Dengan berkembangnya zaman, Desa Danasari kian ramai melalui pembangunan sejak Orde Baru, Jalan-Jalan mulai dibangun dan ditata. Sekolah Dasar Inpres Mulai dibangun, Puskesmas, Madrasah Tsanawiyah melalui swadaya didirikan tahun 1982 dan hanya bertahan selama 12 Tahun, pada tahun 1994 dipindah ke Desa Pucangluwuk, kemudian SMP Negeri Tahun 1995 mulai dibangun, Danasari dilewati Jalan Kabupaten Danasari- Karang Jambu, Danasari Bojong Jatinegara. Dengan banyaknya bangunan rumah baru dan permanen yang memenuhi stándar kesehatan dan keindahan.
Danasari sebenarnya tanahnya subur dengan lahan pesawahan yang luas, namun kira-kira tahun 1960 saluran air irigasi dari Kalierang tanahnya longsor, sehingga akibat longsor tersebut sekitar 200 Hektar sawah tak terairi atau didaratkan, selain mendapatkan musibah, Danasari juga pernah Juara Lomba K3 tingkat Kabupaten Pada Zaman Kades Bpk Sadnawi Tahun 1982-an. Pada tahun 1990-an Danasari sering mengikuti perlombaan tingkat Kecamatan Bojong Seperti Bola Voli, Sepak Bola walaupun tidak menjadi Juara Satu setidaknya menjadi Juara Harapan sebagai bukti bahwa Pemuda dan Pemudinya banyak yang berprestasi. Pada tahun 2014 Desa Danasari menjadi Juara 1 (satu ) Lomba Desa Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Desa Open Defecation (ODF) yaitu lomba yang menitikberatkan pada warga agar tidak membuang kotoran di sembarang tempat, dengan predikat semacam itu kita bangga bahwa ada peningkatan prilaku hidup sehat pada masyarakat Danasari.
Berikut nama-nama Kepala Desa Danasari:
- Sarwiyah A Sutalaksana, Kepala Desa pertama (1935-1950)
- Sumar, Kepala Desa ke-dua (1950-1958)
- Natsir, Kepala Desa ke-tiga (1958-1966)
- Sarna, Kepala Desa ke-empat (1966-1974)
- Sadnawi, Kepala Desa ke-lima (1974-1990)
- Tohir, Kepala Desa ke-enam (1990-1998)
- Khamami, Kepala Desa ke-tujuh (1998-2007)
- Slamet Riyadi, Kepala Desa ke-delapan Periode I (2007-2013)
- Slamet Riyadi, Kepala Desa ke-sembilan Periode II (2013-2019)
- Agus Sutanto, PJ Kepala Desa ke-sepuluh (2019)
- Moh.Hisam S,Ag., Kepala Desa ke-sebelas (2019-Sekarang)